Nasi goreng? Siapa yang tidak tahu dengan makanan
khas Indonesia yang terkenal ini. Pasti semua orang tidaklah menganggap asing
dengan makanan tersebut. Nasi goreng adalah makanan terpopuler Asia Timur dan Asia
Tenggara yang dianggap sebagai makanan nasional sejati Negara Indonesia (Wikipedia:
2012). Selain di pelataran Asia, makanan kesukaan Obama ini, telah menunjukkan
taringnya di kancah Internasional. Semua orang di dunia sudah mengetahui
makanan kebanggaan Indonesia ini. Untuk menemukan makanan tersebut sangatlah
mudah. Di setiap jajaran jalan raya, penjual nasi goreng setia menunggu pelanggannya
sampai lewat tengah malam.
Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan,
orang-orang lebih berpikir kritis untuk menciptakan suatu karya yang inovatif.
Begitu juga dengan nasi goreng atau biasa kita akronimkan menjadi nasgor ini. Mulai dari nasi goreng kambing, nasi goreng ayam,
dan lain-lain. Ada pula warna nasi gorengnya menjadi berubah, seperti nasi goreng strawberry yang berwarna
pink atau merah muda mencolok sampai nasi
goreng hijau yang dicampur dengan pewarna alami dari sayuran. Tidak lupa
jenis nasi goreng gila dan nasi goreng mawut. Ada keistimewaan jika
kita mencoba nasi goreng mawut, nasi goreng ini terdiri dari setengah nasi
goreng biasa yang dicampur dengan setengah mie goreng. Sungguh jumlah yang
mengenyangkan dan mengenakkan. Hmmm…
Tidak lupa, ternyata ada juga nasi goreng instan
(seperti mie instan saja) yang hanya cukup dipanaskan saja. Nasi goreng instan
tersebut telah tekenal di berbagai belahan dunia. Namun, cukup tidak terkenal
di Indonesia sendiri. Mungkin Indonesia telah menjadi produsen nasi goreng
terbesar di dunia. Banyak sekali penjual nasi goreng yang berkeliaran. Jika
nasi goreng instan tersebut tersebar di Indonesia, ada kemungkinan nasi goreng
noninstan tersebut tidak akan laku di pasaran.
Jika kita membicarakan makanan, tentu haruslah
teliti dan hati-hati. Sebagai manusia yang peduli terhadap kesehatan, marilah
kita memilah dan memilih bahan pangan apa yang akan dicerna oleh tubuh kita dan
berhati-hati memilih segala bahan pangan untuk keluarga anda.
Seperti kita ketahui, nasi goreng ini telah meroket
dan berada di puncak ketenarannya. Namun, bagaimana jika beberapa oknum telah
menyalahgunakan ketenaran nasi goreng ini? Dengan berlaku curang demi
keuntungan pribadi tanpa memikirkan masa. Hal tersebut benar adanya, beberapa
penjual nasi goreng membuka fakta bahawa mereka menggunakan bahan-bahan bekas
untuk membuat nasi goreng (Reportase Investigasi, Trans7: 2012).
Seperti yang diungkapkan oleh Reportase Investigasi
Trans7, salah satu penjual nasi goreng di salah satu kota besar di Indonesia ini,
mengakui bahwa mereka telah menggunakan bahan-bahan yang tidak sehat untuk
proses penjualan nasi goreng mereka. Mulai dari bahan baku nasi goreng itu
sendiri, yaitu nasi, ternyata menggunakan nasi bekas katering yang dijual
dengan harga murah. Selain harganya murah tentu waktu yang penjuai gunakan
menjadi lebih efektif dan efisien karena tidak perlu untuk menanak nasi. Namun
sayangnya, nasi yang sudah bekas tersebut dibubuhkan formalin agar tekstur dan
bau nasi menjadi bagus dan tidak tercium.
Berlanjut ke pelengkap nasi goreng, yaitu
irisan-irisan ayam yang menambah lezat dan gurih makanan tersebut. Ironisnya
pelengkap nasi goreng tersebut terbuat dari bahan yang kurang bagus. Ayam yang
digunakan kebanyakan adalah ayam tiren
atau mati kemaren. Ayam yang sungguh dilarang untuk di konsumsi ini justru
menjadi santapan sehari-hari. Buruknya, penjual justru manambahkan formalin
kepada ayam sebelum ayam tersebut dibumbui dan digoreng, alasannya agar tekstur
ayam bagus dan tidak mencurigakan.
Sungguh ironis keadaan pangan di Indonesia ini.
Oknum-oknum tersebut tidak memikirkan apa bahaya menggunakan formalin sebagai
campuran pangan. Jika pangan yang tercampur formalin terus-menerus dikonsumsi
dalam jangka panjang, akibatnya akan sangat fatal, seperti iritasi kepala dan
tenggorokan, hipotermia, koma, kanker, dan lebih parah lagi mengakibatkan
kematian (Wikipedia: 2012).
Menurut Wikipedia, formalin sekiranya bisa digunakan
sebagai pembersih lantai, kapal, gudang, pakaian, dan membasmi sebagian bakteri,
dan pengawet mayat. Namun, kenapa oknum tertentu justru menggunakan untuk
produksi pangan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar