KEPEDIHAN
Hari ini memang tampak
indah
Indah di rasakan deru
anginnya yang sempit
Sempit hati di dalam
lukisan sanubari
Sanubari yang mengikis
jiwa dan raga
Raga yang lemah di bawa
dalam pecahan kenangan
Kenangan yang
menyakitkan
Amat menyakitkan…
KALIAN
Kalian yang pertama
diciptakan
Kalian yang dapat
memimpin
Kalian yang dapat
mengayomi
Kalian yang dapat
mengajarkan
Kalian yang dapat
melindungi
Kalian yang dapat
dikagumi
Semua itu hilang
sekejap tanpa bekas
Saat kalian mencoba
mengukir setitik goresan kecil yang hina
PERNIKAHAN
Berbalut kain indahnya
cinta
Bermandikan segala
aroma kebahagiaan
Berbaring di atas
tumpukan kesetiaan
Berlindung di dalam
bungkusan kejujuran
Bertengger di atas
pohon kepercayaan
KENANGAN
Detik demi detik ku
lalui
Hari demi hari kuarungi
Bulan demi bulan
kuhinggapi
Setelah lamanya waktu
kulewati
Kenangan itu terus
muncul di depan mataku
Aku tak bias menghilang
sekejap walau tertidur
Kenangan itu muncul
seperti mimpiku saat terbaring
Aku tak bias berlari
sedetikpun
Hanya untuk melupakan
sejenak kepahitan yang kualami
Hanya untuk membebaskan
segala bebanku dengan orang itu
KEPUTUSAN
SESEORANG
Saat pagi
menghinggapiku
Aku tahu akan terjadi
apa hari ini
Hanya akan seperti hari
kemarin
HIDUPKU
MEMANG MENDIRI
Ruang sempit dan kosong
Menjadi tempat dimana
ku bernaung
Hanya selimut merah
tergerai pasrah melindungiku
Hanya bantal kuning
tertidur menungguku
Hanya guling kuning
terlentang meraihku
Hanya tempat tidur yang
terkapar lemah manantiku
KELOPAK
MATA MENGANTUK
Ruang redup sedikit
cahaya
Tembus melalui
celah-celah tirai
Yang sedari tadi
bergoyang dengan lincahnya
Angin yang berderu
berputar kencang
Mengelilingi seisi
ruangan
Mengghinggapi kelopak
mata yang sedikit lagi terjatuh
Kelopak mata sayu
terpaksa bertahan
Membiarkan kelopak itu
tak jatuh dari tangkainya
Kelopak mata pun lelah
Ia tertutup rapat tak
akan bisa mekar kembali
BAYANGANMU
MALAYANG TINGGI
Tak sanggup ku berdiri
Tak sanggup ku menarik
Tak sanggup ku lewati
hari tanpamu
Terlanjur ku bertahan
menanti kehadiranmu
Namun ku tahu kau tak
akan disini
Ku hanya bisa menatap
bayanganmu pergi
Terdiam ku tak bisa
menangkapmu kembali
Terdiam ku tak bisa
meraihmu disini
Terdiam ku hanya
terdiam
Menatap bayanganmu
melayang tinggi
Menatap bayanganmu
hatiku perih
Menangis, ku hanya bisa
meangisi kepergianmu
Melihat jejakmu
terhapus
Menjauh lebih jauh
tanpa bayanganmu
Sepi hariku…
Sepi hidupku…
NOTA
ITU…
Ku isi sepatah kataku
untukmu
Sedikit demi sedikit
kata itu berkembang
Berkembang menjadi
sebuah pengakuan
Yang mungkin tak aka
nada orang yang mengira
Nota itu kuselipkan di
rak sepatu mu
Berharap kau akan
berteriak bahagia ketika keu menemukannya
Menunggu hanya bisa
menunggu
Sungguh bosan ku hanya
memandangi jarum jam yang tak kunjung bergerak
Aku sungguh tak sabar,
apakah nota itu sudah kau baca?
Tapi, mengapa kau tak
sedikitpun menghargai sedikitnya usahaku?
Ku lihat nota itu masih
terselip tak bergerak
Ponselku bordering
kencang sekali
Aku segera merogoh
ponselku di saku kananku
Ku tempelkan ke telinga
kananku
“ kecelakaan?”
SEPERTI
REMBULAN MENAPAKI AWAN
Seperti rembulan
menapaki awan
Begitu pula aku…
Aku yang tak bisa
mnyentuh dasar hatinya
Menjauh melayang pergi
Menjauh bergegas pergi
Aku tak akan bisa menyentuhnya
Aku tak akan bisa
menapakinya
Aku tak akan bisa
mencapainya
Sulit sekali…
Semakin aku berlan dan
berlari mengejarnya
Semakin jauh dan jauh
ia melayang bersama angin
Aku tahu diri…
Mana mungkin rembulan
menepaki awan
Awan yang begitu bebas
melangkah
Melayang kemanapun ia
dapat pergi
Menghampiri apapun yang
dapat ia hampiri
Mendiami apapun yang
ingin ia diami
Rembulan hanya bisa
terdiam
Menunggu awan
menghampirinya
Rembulan hanya terpaku
saja
Dengan berlapang dada
Seperti rembulan
menapaki awan
Begitu pula aku…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar