Rabu, 15 Februari 2012

Kumpulan Puisi


KEPEDIHAN

Hari ini memang tampak indah
Indah di rasakan deru anginnya yang sempit
Sempit hati di dalam lukisan sanubari
Sanubari yang mengikis jiwa dan raga
Raga yang lemah di bawa dalam pecahan kenangan
Kenangan yang menyakitkan
Amat menyakitkan…

KALIAN

Kalian yang pertama diciptakan
Kalian yang dapat memimpin
Kalian yang dapat mengayomi
Kalian yang dapat mengajarkan
Kalian yang dapat melindungi
Kalian yang dapat dikagumi
Semua itu hilang sekejap tanpa bekas
Saat kalian mencoba mengukir setitik goresan kecil yang hina

PERNIKAHAN

Berbalut kain indahnya cinta
Bermandikan segala aroma kebahagiaan
Berbaring di atas tumpukan kesetiaan
Berlindung di dalam bungkusan kejujuran
Bertengger di atas pohon kepercayaan

KENANGAN

Detik demi detik ku lalui
Hari demi hari kuarungi
Bulan demi bulan kuhinggapi
Setelah lamanya waktu kulewati
Kenangan itu terus muncul di depan mataku
Aku tak bias menghilang sekejap walau tertidur
Kenangan itu muncul seperti mimpiku saat terbaring
Aku tak bias berlari sedetikpun
Hanya untuk melupakan sejenak kepahitan yang kualami
Hanya untuk membebaskan segala bebanku dengan orang itu

KEPUTUSAN SESEORANG

Saat pagi menghinggapiku
Aku tahu akan terjadi apa hari ini
Hanya akan seperti hari kemarin

HIDUPKU MEMANG MENDIRI

Ruang sempit dan kosong
Menjadi tempat dimana ku bernaung
Hanya selimut merah tergerai pasrah melindungiku
Hanya bantal kuning tertidur menungguku
Hanya guling kuning terlentang meraihku
Hanya tempat tidur yang terkapar lemah manantiku

KELOPAK MATA MENGANTUK

Ruang redup sedikit cahaya
Tembus melalui celah-celah tirai
Yang sedari tadi bergoyang dengan lincahnya
Angin yang berderu berputar kencang
Mengelilingi seisi ruangan
Mengghinggapi kelopak mata yang sedikit lagi terjatuh
Kelopak mata sayu terpaksa bertahan
Membiarkan kelopak itu tak jatuh dari tangkainya
Kelopak mata pun lelah
Ia tertutup rapat tak akan bisa mekar kembali

BAYANGANMU MALAYANG TINGGI

Tak sanggup ku berdiri
Tak sanggup ku menarik
Tak sanggup ku lewati hari tanpamu
Terlanjur ku bertahan menanti kehadiranmu
Namun ku tahu kau tak akan disini
Ku hanya bisa menatap bayanganmu pergi
Terdiam ku tak bisa menangkapmu kembali
Terdiam ku tak bisa meraihmu disini
Terdiam ku hanya terdiam
Menatap bayanganmu melayang tinggi
Menatap bayanganmu hatiku perih
Menangis, ku hanya bisa meangisi kepergianmu
Melihat jejakmu terhapus
Menjauh lebih jauh tanpa bayanganmu
Sepi hariku…
Sepi hidupku…

NOTA ITU…

Ku isi sepatah kataku untukmu
Sedikit demi sedikit kata itu berkembang
Berkembang menjadi sebuah pengakuan
Yang mungkin tak aka nada orang yang mengira
Nota itu kuselipkan di rak sepatu mu

Berharap kau akan berteriak bahagia ketika keu menemukannya
Menunggu hanya bisa menunggu
Sungguh bosan ku hanya memandangi jarum jam yang tak kunjung bergerak
Aku sungguh tak sabar, apakah nota itu sudah kau baca?
Tapi, mengapa kau tak sedikitpun menghargai sedikitnya usahaku?

Ku lihat nota itu masih terselip tak bergerak
Ponselku bordering kencang sekali
Aku segera merogoh ponselku di saku kananku
Ku tempelkan ke telinga kananku
“ kecelakaan?”

SEPERTI REMBULAN MENAPAKI AWAN

Seperti rembulan menapaki awan
Begitu pula aku…
Aku yang tak bisa mnyentuh dasar hatinya
Menjauh melayang pergi
Menjauh bergegas pergi
Aku tak akan bisa menyentuhnya
Aku tak akan bisa menapakinya
Aku tak akan bisa mencapainya
Sulit sekali…
Semakin aku berlan dan berlari mengejarnya
Semakin jauh dan jauh ia melayang bersama angin
Aku tahu diri…
Mana mungkin rembulan menepaki awan
Awan yang begitu bebas melangkah
Melayang kemanapun ia dapat pergi
Menghampiri apapun yang dapat ia hampiri
Mendiami apapun yang ingin ia diami
Rembulan hanya bisa terdiam
Menunggu awan menghampirinya
Rembulan hanya terpaku saja
Dengan berlapang dada

Seperti rembulan menapaki awan
Begitu pula aku…



















Tidak ada komentar:

Posting Komentar